SINARPAGINEWS.COM, SUDAN - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa sekitar 800.000 orang di sebuah kota di Sudan berada dalam ancaman yang sangat serius dan mendesak seiring dengan eskalasi kekerasan yang semakin parah. Para pejabat tinggi PBB memperingatkan Dewan Keamanan pada Jumat (19/4) bahwa situasi tersebut bisa memicu konflik antarkomunitas yang berdarah di seluruh Darfur.
Satu tahun yang lalu, terjadi konflik berskala besar di Sudan antara tentara Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter, yang mengakibatkan krisis pengungsian terbesar di dunia.
Rosemary DiCarlo, Kepala Urusan Politik PBB, memberitahu Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 orang bahwa pertempuran terjadi antara Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dan anggota Pasukan Perlindungan Gabungan yang bersekutu dengan Tentara Sudan (SAF) di sekitar El Fasher, ibu kota Darfur Utara.
“Pertempuran di El Fasher dapat memicu pertikaian antar-komunitas berdarah di seluruh Darfur,” kata DiCarlo, mengulangi peringatan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Senin.
PBB mengatakan hampir 25 juta orang, setengah dari populasi Sudan, membutuhkan bantuan dan sekitar 8 juta orang telah meninggalkan rumah mereka.
“Kekerasan ini menimbulkan bahaya ekstrem dan langsung terhadap 800.000 warga sipil yang tinggal di El Fasher,” kata Direktur Operasi Bantuan PBB, Edem Wosornu.
“Dan hal ini berisiko memicu kekerasan lebih lanjut di wilayah lain Darfur – di mana lebih dari 9 juta orang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan,” katanya.
Otoritas keamanan pangan global yang didukung PBB mengatakan pada akhir bulan lalu bahwa tindakan segera diperlukan untuk "mencegah kematian yang meluas dan kehancuran total mata pencaharian serta mencegah krisis kelaparan yang parah di Sudan."
Para pemberi bantuan berkomitmen untuk menyumbangkan lebih dari $2 miliar kepada Sudan yang sedang dilanda perang dalam konferensi di Paris pada Senin. [voa]
Editor: Red