SINARPAGINEWS.COM, AMERIKA SERIKAT - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri untuk mendukung UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina) di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-79 di New York. Pertemuan dihadiri oleh berbagai perwakilan negara PBB yang menyoroti tantangan serius yang dihadapi UNRWA serta langkah kolektif untuk memperkuat dukungan bagi Badan PBB tersebut, serta mendukung hak-hak pengungsi Palestina.
"Sulit dibayangkan bagaimana situasi kemanusiaan (di Palestina) saat ini, jika tidak ada UNRWA di lapangan," ungkap Menlu Retno, menegaskan kembali dukungan penuh Indonesia terhadap UNRWA. Menurut Menlu Retno, terdapat dua hal utama yang diperlukan untuk mendukung UNRWA, yaitu
Pertama, dukungan politis. Menlu Retno menekankan tidak ada alternatif selain UNRWA untuk membantu situasi kemanusiaan di Palestina, dan karena itu penting melindungi mandat UNRWA dari tekanan politik dan upaya untuk mendelegitimasi Badan PBB tersebut. “Ancaman terhadap UNRWA adalah ancaman bagi kemanusiaan", tegas Menlu Retno.
Kedua, dukungan pendanaan. Menlu Retno mengajak semua negara untuk memberikan dukungan pendanaan untuk UNRWA. Disebutkan Menlu Retno, Indonesia telah berikan dukungan konkret dengan melipatgandakan kontribusi tahunan untuk UNRWA pada tahun 2024, dan juga telah berkontribusi untuk mendukung Flash Appeal UNRWA.
Menutup pidatonya, Menlu Retno menegaskan bahwa pekerjaan UNRWA bukanlah pengganti solusi yang adil bagi masalah pengungsi Palestina. "Ini adalah respons kemanusiaan terhadap krisis politik yang berlarut-larut", ungkap Menlu Retno.
UNRWA telah menjadi platform utama untuk bantuan kemanusiaan kepada Palestina. "Mendukung UNRWA bukanlah tindakan amal, melainkan investasi fundamental bagi kemanusiaan, stabilitas, dan perdamaian regional," sebut Menlu Retno.
Menlu Retno juga mengajak komunitas internasional untuk segera mengakui Negara Palestina dan keanggotaan penuh di PBB. “Ini adalah satu-satunya cara untuk memberikan tekanan politik terhadap Israel, dan satu-satunya cara agar kita dapat mencapai Solusi dua negara", tutup Menlu Retno.
Editor: Red