Wakil Bupati Kuningan : Budaya gotong royong merupakan salah satu warisan luhur nenek moyang

Wakil Bupati Kuningan : Budaya gotong royong merupakan salah satu warisan luhur nenek moyang Dok SPN

SINARPAGINEWS.COM, KUNINGAN - Wakil Bupati Kuningan H. M Ridho Suganda, SH., M.Si, menegaskan, budaya gotong royong merupakan salah satu warisan luhur nenek moyang dan menjadi ciri khas Bangsa Indonesia sejak dahulu. Namun, seiring perjalanan waktu dan masuknya pengaruh budaya luar, rasa kebersamaan dan semangat gotong royong semakin memudar.

“Untuk itu marilah kita galakkan lagi budaya gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Budaya ini sangat tepat untuk diterapkan dalam mendukung pembangunan Kabupaten Kuningan yang kita cintai ini. Budaya gotong royong ini bisa diterapkan dalam semua bidang, termasuk salah satunya dalam pelaksanaan pemagaran pemakaman ini,” ujar Wakil Bupati, usai melakukan peletakan batu pertama Pembangunan Tembok Pagar Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sirna Raga Pasir Maja, Desa Windusari, Kecamatan Nusaherang, Minggu (30/5/2021).

Menurut Wabup, Pemerintah beserta seluruh elemen masyarakat perlu menggelorakan semangat dan peran aktif masyarakat dalam pembangunan yang berlandaskan keswadayaan. Dengan demikian, sambungnya, masyarakat akan merasa memiliki dan bertanggung jawab dalam melaksanakan, memanfaatkan dan melestarikan semangat dan jiwa gotong royong.

Masih menurut Wabup, gotong royong harus dimaknai bukan hanya sebagai slogan saja. Gotong royong harus diaktualisasikan, dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Gotong royong harus diwujudkan dalam sebuah tindakan yang nyata.

“Budaya gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat perlu kita gelorakan kembali. Kita perlu menanamkan semangat gotong royong kepada anak-anak kita, kepada generasi muda kita, sebab merekalah pemuka masa depan bangsa ini,” imbuhnya.

Sementara, Kepala Desa Windusari Kodiman, SE, yang turut mendampingi Wakil Bupati menyampaikan, bahwa pembangunan tembok pagar TPU Sirna Raga Pasir Maja, merupakan salah satu upaya Pemdes bersama masyarakat dalam menata lingkungan desa agar terlihat lebih rapi. Terlebih, lokasi TPU berada di bagian depan desa.

“Pemagaran ini kami lakukan secara swadaya bersama masyarakat, agar lingkungan lebih tertata dan terlihat rapi. Selain itu untuk menghilangkan kesan angker di lokasi pemakaman. Karena kalau pemakaman ini terlihat rapih dan indah, otomatis kesan angkernya juga akan hilang,” singkat Kodiman. (spn/hms)

Editor: Red

Bagikan melalui:

Komentar