SINARPAGINEWS.COM, TEGAL - OpenAI pada akhir tahun 2022 meluncurkan chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) yaitu ChatGPT. Munculnya ChatGPT tentu saja mengejutkan public meskipun kemunculannya sudah bisa diprediksi sebelumnya. Perkembangan kecerdasan buatan ini bukanlah hal baru, bahkan sudah menjadi bagian dari hidup masyarakat modern. ChatGPT merupakan sebuah produk yang diluncurkan oleh sebuah perusahaan yang bernama OpenAI. OpenAI sendiri merupakan perusahaan non-profit yang bergerak di bidang riset Artificial Intelligence yang didirikan pada tahun 2015 oleh Sam Altman, Elon Musk, dan juga beberapa investor Sillicon Valley lainnya.
Munculnya ChatGPT merupakan konsekuensi kemajuan teknologi digital karena ChatGPT mampu membantu pekerjaan manusia dan memberikan pengalaman baru yang berbeda dari search engine pada umumnya. ChatGPT berhasil menggaet 100 juta pengguna hanya dalam waktu tiga bulan sejak diluncurkan. AI jenis ini dapat menyelesaikan tugas berbasis teks seperti copywriting, penulisan laporan berita, menjawab pertanyaan customer service dan bahkan menulis program komputer dengan lebih cepat dan akurat. ChatGPT dilatih menggunakan teknik pembelajaran mendalam dan memiliki kemampuan untuk memahami bahasa manusia. ChatGPT secara alami dapat melakukan percakapan dalam berbagai bahasa dan memberikan jawaban sesuai kebutuhan pengguna. ChatGPT dirancang menggunakan teknik deep learning, sehingga mampu menghasilkan pola kata berdasarkan pembelajaran dari sekumpulan teks dari yang diumpankan ke mesinnya. Tidak hanya ChatGPT saat ini juga telah berkembang teknologi artificial intelligence dalam berbagai platform yang bisa digunakan seperti yang dirangkum berikut ini:
Bard LaMDA
Google baru-baru ini merilis platform obrolan yang dibekali kecerdasan buatan (AI) bernama Bard dengan dukungan Language Model for Dialogue Applications (LaMDA). Teknologi ini digadang-gadang menjadi pesaing ChatGPT yang disokong Microsoft. Dilansir dari TechCrunch, Bard memiliki keunikan dari dibanding platform AI lainnya yang dianggap memiliki kemampuan berpikir AI yang berada di atas rata-rata karena aplikasi ini memanfaatkan informasi dari web untuk memberikan tanggapan baik dan berkualitas tinggi.
Chatbot AI: ChatSonic
ChatSonic, sebuah chatbot dari WriteSonic, platform pembuatan konten AI, menjadi alternatif baru bagi yang ingin bereksperimen dengan aplikasi berbasis AI. Keunikan platform ini adalah kemampuannya memberikan informasi terkini berdasarkan grafik pengetahuan yang dicari banyak pengguna di laman pencarian. Salah satu keunggukan lainnya dari ChatSonic dibandingkan dengan ChatGPT adalah kemampuan membuat gambar yang dihasilkan AI, juga kemampuan menjawab pertanyaan dengan suara seperti pada Google Assistant.
YouChat
Platform YouChat juga dapat direkomendasikan sebagai chatbot selain ChtaGPT karena sebagai mesin pencari yang menawarkan kombinasi antara mesin bahasa natural dan AI mampu memberikan jawaban yang akurat dan relevan untuk pertanyaan pengguna. Dikembangkan di Palo Alto, California oleh mantan karyawan Salesforce (Bryan McCann and Richard Socher) YouChat mampu menyajikan hasil web dalam kategori website, berbeda dengan mesin pencari tradisional yang menampilkan daftar link, You.com menampilkan hasil pencarian yang diurutkan berdasarkan situs web tertentu seperti Reddit. Pengguna dapat mengurutkan kategori ini sesuai keinginan. Untuk hasil web, You.com menggunakan hasil dari Microsoft Bing. You.com tidak menyimpan alamat IP pengguna dan tidak mengumpulkan informasi pengguna untuk menargetkan iklan dan tidak perlu membuat akun untuk login seperti ChatSonic dan ChatGPT.
Perplexity AI
Perplexity AI merupakan perpaduan Chat GPT dan Bing Search. Perplexity memanfaatkan kecerdasan buatan Chat GPT dan kemudahan pencarian dengan Bing Search. Kedua paduan ini, menjadi fitur utama Perplexity. Kelebihan Perplexity AI adalah tidak perlu login untuk menggunakannya dan terdapat citation atau catatan kaki yang menunjukkan dari mana hasil informasi tersebut didapatkan. Hal ini membuat setiap jawaban yang disajikan menjadi lebih terpercaya. Jika informasi yang didapat tidak benar, maka pengguna dapat langsung membuka tautan yang ada untuk memeriksa kebenarannya.
Character AI
Platform chatbot lain yang patut dicoba adalah Character AI, program kecerdasan buatan yang memungkinkan pengguna berkomunikasi dengan simulasi yang dibuat secara artifisial dari karakter terkenal, tokoh masyarakat, selebritas terkenal bahkan tokoh fiksi seperti tokoh anime. Salah satu fitur menarik dari Character AI adalah pengguna dapat membuat karakter sesuka hati dengan kepribadian yang dikehendaki dan menerbitkannya ke komunitas untuk berinteraksi dengan orang lain. Pesan balasan yang dihasilkan Character AI bisa dibilang bagus dan natural seolah-olah sedang mengobrol dengan manusia sesungguhnya.
Setiap perkembangan teknologi yang terjadi tak bisa dilepaskan dari tantangan dan masalah yang baru. Layaknya dua sisi mata uang, ada problem atau tantangan yang muncul dan manfaat yang bisa diambil dari perkembangan teknologi berbasis AI tersebut. Teknologi AI seperti ChatGPT dan sejenisnya akan terus berkembang dan berpotensi untuk menjadi lebih optimal. Sehingga penting bagi setiap lembaga khususnya pendidikan tinggi, untuk menentukan langkah kebijakan menghadapi era kecerdasan buatan dan dampaknya bagi civitas akademika. Sebagai sebuah kecerdasan buatan, tentu saja AI seperti ChatGPT hanyalah sebuah alat. Ibarat pisau, bagaimana penggunaannya tergantung pada manusia. Walaupun pernah ada yang memanfaatkan produk AI untuk membuat game, tapi manusia tetap berperan untuk mengevaluasi hasil yang diberikan oleh AI tersebut.
Dosen di lingkungan perguruan tinggi perlu melakukan antisipasi untuk mengetahui apakah jawaban dari tugas atau makalah menggunakan ChatGPT atau platform lainnya. Caranya adalah dengan mengamati jawaban dari tugas atau makalah mahasiswa. Walaupun tulisan ChatGPT terlihat cukup meyakinkan, sejumlah pengguna menemukan beberapa inkonsistensi dalam penyampaian fakta. Terdapat kasus di mana tulisan ChatGPT memberikan contoh palsu. AI dalam bentuk apa pun kemungkinan besar mengandung bias berdasarkan kumpulan data yang dimasukkan ke dalam mesin deep learning. Hal ini karena teks yang dihasilkan manusia bisa bersifat subyektif dan mengandung bias terhadap kelompok tertentu.
Cara lain untuk mengevaluasi tugas apakah menggunakan ChatGPT atau tidak yaitu dengan memanfaatkan sebuah aplikasi bernama GPTZero yang dapat dilihat di gptzero.me. GPTZero memiliki cara kerja menggunakan algoritma perplexity dan burstiness. Kedua variabel tersebut berarti kebingungan, kerumitan, dan ketidakkonsistenan yang ternyata identik dengan manusia. Jika nilai perplexity dari suatu essay rendah maka itu artinya essay atau teks tersebut dibuat oleh mesin kecerdasan buatan seperti ChatGPT. GPTZero dibuat oleh seorang mahasiswa jurusan Ilmu Komputer asal Princeton University bernama Edward Tian.
Perguruan Tinggi perlu mengambil kebijakan apakah penggunaan ChatGPT oleh mahasiswa pada saat mengumpulkan tugas atau ujian merupakan bentuk pelanggaran atau bukan. Penggunaan AI dengan tepat akan membuat proses pendidikan lebih baik. Perguruan Tinggi perlu memikirkan kembali pengelolaan materi kelas dan metode penyampaian tugas, dengan menekankan elemen kognitif untuk menunjukkan keterampilan berpikir kritis. Hingga saat ini, ChatGPT belum mampu mengatasi tugas yang membutuhkan pembacaan data visual dan penalaran logis suatu konsep dasar. Karena didasarkan pada model bahasa besar yang menekankan basis bahasa tertulis, Perguruan Tinggi harus terus beradaptasi, karena sebagai bagian dari perkembangan teknologi informasi, kecerdasan buatan atau artificial intelligence tak bisa dihindari kehadiran. Berbagai macam artificial intelligence harus mampu memotivasi kita sebagai pengguna untuk lebih pintar dan lebih bijaksaana dalam penggunaan teknologi.(***).
Oleh: Deddy Prihadi, SE., M.Kom
Dosen Program Studi Bisnis Digital FEB-UPS Tegal
Editor: Ahmad Wahidin