Walaupun Didominasi Kaum Pria, Kepemimpinan Perempuan Masih Dianggap Lebih Baik

Destinasi - Rabu, 15 September 2021

210915055521-walau.jpg

Foto : Dok Puspen TNI

Kredit visual: freepik.com

SINARPAGINEWS.COM,PEREMPUAN - Masih banyak orang menganggap remeh kemampuan perempuan saat memimpin. Padahal, kalau dicermati perempuan memiliki tingkat kepercayaan dan tanggung jawab yang besar sebagai pemimpin.

Menurut survei Pew Research di Amerika Serikat, sejumlah 34% karyawan menyatakan bahwa perempuan lebih unggul daripada laki-laki dalam hal kejujuran dan etika. Sedangkan pada laki-laki persentasenya hanya 3%.

Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab kepemimpinan, kualitas ini sangat penting untuk dimiliki oleh seorang pemimpin. Kejujuran dan etika wajib menjadi modal seorang leader yang baik.

Dengan demikian, dia bisa menjaga kepercayaan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu, dengan etika yang baik, negosiasi bisnis dan relasi dengan pihak-pihak penting menjadi lebih mudah dibangun dan bisa bertahan lama.

Memang pria dan wanita memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Pria lebih menggunakan norma keadilan sementara wanita menggunakan norma persamaan. Pria juga menggunakan strategi yang lebih luas dan lebih positif. Namun, perbedaan manajemen tidak akan terlihat jika wanita memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

RA Kartini merupakan teladan penting bagi perempuan Indonesia. Beliau adalah tokoh yang memperjuangkan hak-hak perempuan seperti hak untuk belajar di sekolah dan hak untuk memimpin sebuah organisasi. Dengan demikian, seorang wanita memiliki sifat demokratis dan rasa kepedulian yang tinggi sehingga sosok wanita pun berkompeten untuk menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi.

Kini, banyak tokoh dunia perempuan yang menjadi panutan seperti Margaret Thatcher di Inggris, Indira Gandhi di India, Cory Aquino di Filipina, Megawati di Indonesia yang mampu memposisikan dirinya sebagai wanita cerdas dengan tidak melihat dirinya sebagai perempuan yang lemah melainkan kekuatan dan kecerdasan dalam menempatkan diri di rumah, dunia kerja, tempat ibadah, dan lingkungan masyarakat.

Menanggapi hal itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mengatakan sejarah telah membuktikan bahwa perempuan patut diperhitungkan. Jika di masa lalu perempuan hanya dikonstruksikan sebagai pengurus atau pengelola rumah tangga, saat ini tidak sedikit perempuan yang menempati posisi penting dalam berbagai bidang bahkan menjadi pemimpin.

“Sudah saatnya perempuan diperhitungkan tidak saja untuk dipimpin, namun juga memimpin. Perempuan ‘tidak harus mendominasi’ laki-laki tetapi bagaimana membuat hubungan relasi antara keduanya seimbang dan harmonis, berbagi peran baik di dalam keluarga, masyarakat sampai dalam tahapan membangun kehidupan berbangsa dan bernegara,” jelas Menteri Bintang

Pengambilan keputusan yang baik

Menurut riset McQueen dan Bart mengungkapkan bahwa perempuan memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang lebih berkualitas sehingga lebih efektif memimpin daripada pria.

Para pemimpin perempuan, lanjut riset tersebut, mampu memberikan organisasi sebuah pandangan atau strategi untuk menghadapi berbagai masalah sosial dan tantangan yang sedang dihadapi organisasi.

Selain kelebihan-kelebihan di atas, ternyata perempuan juga unggul dalam soft skills. Perasaan perempuan yang dianggap lebih emosional daripada pria ternyata menjadi keunggulan perempuan ketika memimpin.

Sebuah studi oleh perusahaan konsultan global Hay Group, menemukan bahwa perempuan mengungguli pria dalam 11 dari 12 kompetensi kecerdasan emosional utama.

Lebih dari itu, memberikan kesempatan kepada perempuan untuk menduduki jabatan penting dalam organisasi ternyata membawa dampak positif terhadap perkembangan organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.

Sebuah studi pada tahun 2007 menemukan bahwa keterwakilan perempuan dalam jajaran pimpinan perusahaan mampu memberikan pengembalian modal investasi (ROCI) 66% lebih tinggi, pengembalian ekuitas (ROE) 53% lebih tinggi, dan keuntungan penjualan sebesar 42% lebih tinggi.

Perlu diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 2,82 juta penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja memiliki jabatan manajerial.

Dari angka tersebut baru sebanyak 33,08% yang merupakan perempuan. Proporsi perempuan pada posisi manajerial ini masih tertinggal dari laki-laki yang mencapai 66,2%.

Sementara itu berdasarkan lokasi, proporsi pekerja perempuan di posisi manajerial yang berada di perkotaan sebesar 33,1%. Sedangkan di pedesaan, proporsi pekerja perempuan yang menempati jabatan manajerial sebesar 33,03%.

Adapun berdasarkan sektor, proporsi perempuan pada posisi manajerial paling banyak berada di sektor jasa, yakni 37,9%. Proporsi perempuan dengan jabatan manajerial di sektor industri sebesar 20,5%, sedangkan di sektor pertanian 20,08%.

Persentase jumlah kepemimpinan perempuan pada tahun 2020 tersebut sebenarnya juga mengalami kenaikan. Pasalnya pada 2019, hanya 21,66% perempuan yang terjun sebagai tenaga kepemimpinan. Jumlahnya tak jauh berbeda dengan tahun 2018, yakni sebanyak 20,22% perempuan yang memegang jabatan manajerial.

Perempuan Indonesia

Indonesia memiliki perempuan yang patut diperhitungkan dalam segi kepemimpinan. Sebut saja Megawati Soekarnoputri. Sebagai anak dari Proklamator RI, Soekarno, ia mampu menjadi presiden ke-5 dalam sejarah Indonesia.

Dari situlah keluar tokoh - tokoh wanita lainnya. Salah satunya, Ketua DPR RI, Puan Maharani. Ia menjadi salah satu tokoh perempuan yang terjun ke politik.

Sebagai anak dari Presiden Kelima RI, Puan menunjukkan taji dalam memimpin lembaga tertinggi di Indonesia tersebut.

Puan Maharani yang merupakan perempuan pertama yang duduk sebagai pucuk pimpinan DPR RI menegaskan politik butuh perempuan.

"Perempuan berpolitik karena politik butuh perempuan," tegas Puan Maharani.

Ia melanjutkan bahwa perempuan Indonesia perlu makin berani untuk berpolitik untuk mengutarakan gagasan-gagasannya untuk keterlibatan dalam pengambilan kebijakan politik.

Keterlibatan perempuan dalam politik, kata Puan memang sangat diperlukan.

"Agar sentuhan perempuan lebih terasa dalam politik Indonesia," katanya.

Menurutnya kehadiran perempuan-perempuan sebagai penyusun kebijakan dan pengambil keputusan sebagai policy maker dan decision maker.

"Kita perlu menemukan cara agar keberanian perempuan yang luar biasa dapat disalurkan untuk meningkatkan partisipasi aktif perempuan dalam politik."

Perlu diketahui, PDIP mengusulkan namanya sebagai Ketua DPR lima tahun ke depan. Nantinya setelah dilantik sebagai Ketua DPR 2019-2024, dia akan menjadi perempuan pertama yang menduduki Ketua DPR atau sejak lembaga ini berdiri.

"Nantinya akan pecah telor perempuan pertama menjadi Ketua DPR setelah 75 tahun (Indonesia merdeka)," kata Puan.

Sebagai Ketua DPR perempuan pertama, Puan berharap hal ini bisa menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan Indonesia.

Penulis/Pewarta: Red
Editor: Red
© sinarpaginews.com 2021