Pentingnya Literasi Digital Bagi Perempuan

Destinasi - Jumat, 17 September 2021

210917063443-penti.jpg

Kredit visual: freepik.com

SINARPAGINEWS.COM,PEREMPUAN - Perkembangan teknologi tak bisa meninggalkan perempuan di belakang. Sebaliknya, perempuan justru perlu dilibatkan dalam perkembangan dan pemanfaatannya. Literasi digital pun menjadi penting, terlebih perempuan berperan untuk mendidik anak-anak.

Meskipun perkembangan digital membawa berbagai kemudahan dalam kehidupan, masyarakat tetap perlu waspada akan dampak buruknya, misalnya kekerasan online dan cyber crime yang rentan dialami oleh perempuan dan anak. Karenanya, literasi digital menjadi kunci bagi perlindungan perempuan dan anak di dunia digital.

Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga, perempuan yang memiliki literasi digital mampu melindungi diri mereka sendiri, dan di masa depan saat menjadi seorang ibu, mereka bisa melindungi anak-anak mereka dari bahaya internet.

Tak hanya itu, perempuan juga perlu memanfaatkan teknologi digital untuk memberdayakan diri. Bintang menilai upaya meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan perlu dibarengi dengan literasi digital yang kuat.

Akses dan keterampilan perempuan dalam teknologi informasi dan komunikasi, lanjut dia, menjadi fokus yang harus dibangun untuk memberdayakan para pengusaha perempuan agar dapat bersaing di masa kini dan juga masa depan.

Menurut Bintang, ekonomi berbasis inovasi dan transformasi digital bagi wirausaha sudah tidak dapat ditawar lagi, termasuk bagi perempuan. Dengan demikian, perempuan dapat memanfaatkan kemajuan teknologi, sekaligus meminimalisir dampak negatifnya.

Meski demikian, dia menyadari pemberdayaan perempuan dan perlindungan terhadap perempuan dalam dunia digital bukan merupakan pekerjaan mudah. Pasalnya, perempuan masih menghadapi beragam tantangan, dari keterbatasan akses terhadap teknologi informasi, problematika kemandirian secara ekonomi, hingga kerentanan perempuan.

Oleh karena itu, Bintang mengajak seluruh stakeholder dan masyarakat untuk bersama menciptakan ruang yang ramah bagi perempuan, termasuk di dunia digital.

Sementara itu, Pendiri Institute of Social Economic Digital (ISED), Sri Adiningsih, menyebut ketimpangan digital masih terjadi pada kelompok perempuan. Namun dia mengklaim perempuan punya potensi dalam pembangunan ke arah transformasi digital.

Bahkan, dia menilai kebanyakan perempuan ternyata tidak takut ataupun khawatir. Hal ini terbukti, lanjut Sri, meskipun masih ada ketimpangan dalam transformasi digital tetapi mereka terus berkembang, maju dengan digitalisasi

Kesetaraan gender di ruang teknologi

Saat ini, Indonesia tengah mengejar ketertinggalan teknologi dengan terus mengupayakan SDM industri yang kompeten dalam penguasaan teknologi terkini. Hal ini sejalan dengan program prioritas yang ada di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.

Berdasarkan aspirasi besar Making Indonesia 4.0, Indonesia ditargetkan masuk dalam jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. Oleh karenanya, Kemenperin telah menginisiasi beragam program dan kegiatan yang terkait pendidikan vokasi industri.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Arus Gunawan, mengatakan bahwa upaya tersebut guna mendukung penciptaan inovasi dan meningkatkan produktivitas sektor industri agar lebih berdaya saing di kancah global.

Terlebih lagi, Indonesia, lanjut dia, memiliki modal besar dari ketersediaan SDM produktif karena sedang menikmati masa bonus demografi hingga tahun 2030. Karenanya, pihaknya proaktif mengajak berbagai pihak untuk mewujudkan SDM Indonesia yang unggul, khususnya di sektor industri.

Salah satu kerja sama yang direalisasikan, yakni antara BPSDMI Kemenperin dengan Prospera (program kemitraan Indonesia-Australia untuk perekonomian) dalam menyelenggarakan webinar dengan tema Pendidikan Vokasi Responsif Gender.

Kegiatan tersebut bertujuan mendukung peran strategis perempuan dalam pembangunan nasional, khususnya pada pengembangan pendidikan vokasi industri.

Kepala Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri Kemenperin, Iken Retnowulan menjelaskan bahwa Prospera telah melaksanakan asesmen berbasis gender terhadap unit pendidikan di lingkungan BPSDMI Kemenperin dengan melakukan analisis awal terhadap data dosen, guru dan mahasiswa/siswa, serta program studi.

Hasil review data tersebut, lanjut dia, nantinya dijadikan salah satu dasar kebijakan yang akan diambil lebih lanjut untuk pengembangan vokasi industri sesuai kebutuhan industri, terutama dalam hal mewujudkan kesetaraan gender pada berbagai prodi sehingga lulusan perempuan yang bekerja di sektor industri juga menjadi penyumbang dalam peningkatan GDP di Indonesia.

Harapannya, upaya yang dilakukan oleh BPSDMI Kemenperin dan mitra kerja sama dapat meningkatkan peran perempuan dalam mendukung pertumbuhan industri, penggerak perekonomian rumah tangga, dan pembentuk generasi muda berkarakter.

Sebelumnya, BPSDMI Kemenperin bersama GIZ menyelenggarakan webinar Women Innovation Camp bertema Perempuan dan Teknologi yang fokus pada Internet of Things.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk menjelaskan dunia kerja di masa depan yang sudah sangat terpengaruh oleh teknologi informasi dan komunikasi, serta digitalisasi dengan menghadirkan role model perempuan yang sukses berkarir di bidang yang didominasi oleh laki-laki ini.

Pasalnya, menurut studi dari UNESCO pada 2015, rendahnya tingkat partisipasi pekerja perempuan di bidang industri disebabkan oleh persepsi bahwa lingkungan kerja di industri yang melibatkan pekerjaan fisik dan dominan pekerja laki-laki, sehingga tidak menarik bagi pekerja perempuan.

Sementara itu, berdasarkan Sakernas BPS tahun 2020, jumlah pekerja pada sektor industri sebanyak 17,48 juta dengan proporsi pekerja perempuan sebesar 43,68%, atau menunjukkan jumlah yang cukup tinggi.

(Rizka S – Anggota Perempuan Indonesia Satu)

Penulis/Pewarta: Red
Editor: Red
© sinarpaginews.com 2021