Pengabdian Masyarakat: Warga Di 3 Wilayah Disosialisasikan Gaslighting Dan Cara Mengatasi

Pengabdian Masyarakat: Warga Di 3 Wilayah Disosialisasikan Gaslighting Dan Cara Mengatasi Dok Humas

SINARPAGINEWS.COM, TEGAL - Sri Adi Nurhayati, P.PSi.MM bersama Indra Yudha, SPd bidang psikolog dan Bimbingan Konseling (BK) UPS melakukan kegiatan pengabdian masyarakat sejak Maret-September 2023.

Sementara untuk lokasi kegiatan ada 3 wilayah yakni mintaragen, bobotsari dan Purbalingga. 

Dan Mitra yang terlibat yakni Mahasiswa KKN, Masyarakat kelurahan Mintaragen, Masyarakat Bobotsari dan Purbalingga.

 

Diuraikan, Istilah “gaslighting” berasal dari drama tahun 1938 berjudul Gas Light, yang diadaptasi menjadi film Gas Light tahun 1940, diikuti oleh film Gaslight tahun 1944 yang lebih terkenal, yang dibintangi oleh Charles Boyer dan Ingrid Bergman. Dalam setiap karya, protagonis laki-laki meyakinkan istrinya bahwa dia sedang membayangkan hal-hal yang tidak benar-benar terjadi—termasuk peredupan lampu gas di rumah—yang akhirnya membuat istrinya percaya bahwa dia sudah gila.

 

Gaslighting pada dasarnya merupakan fenomena sosial. Kurniawan dkk, menyatakan bahwa gaslighting merupakan keadaan menyangkal atas kesalahan sendiri dan membuat korbannya merasa bersalah (2021:254). Gaslighting saat ini dikenal sebagai bentuk manipulasi pikiran dari orang-orang yang agresi dalam sebuah hubungan (Manisa, 2019:851). Jenis perilaku manipulatif, seringkali sulit untuk diidentifikasi, di mana seorang individu mencoba untuk mengontrol dan mengubah sensasi, pikiran, tindakan, afektif dari pasangannya ((Miano dkk, 2021:1).  

Gaslighting merupakan suatu permainan pikiran yang berbahaya dengan tujuan untuk mendapatkan kendali mental terhadap orang lain.

 

Kebutuhan akan dominasi ini mungkin berasal dari narsisme, kepribadian antisosial, atau masalah lainnya. Seperti kebanyakan kasus pelecehan, gaslighting adalah tentang kontrol. Saat gaslighting berlangsung, target sering kali menebak-nebak ingatan dan pikirannya sendiri.

Jika seseorang dengan sengaja memutarbalikkan kenyataan untuk membuat Anda merasa bahwa apa yang Anda lihat atau rasakan tidak nyata, Anda bisa menjadi korban gaslighting. Gaslighting bisa datang dari pasangan romantis, atasan, anggota keluarga, dokter, atau siapa pun yang memiliki posisi berkuasa. Jika Anda mendapat sorotan, ada beberapa langkah jelas yang dapat Anda ambil untuk menangani pelaku kekerasan dan mendapatkan bantuan. (Spann, Conrad, 2023).

 

Gaslighting adalah salah satu bentuk manipulasi psikologis yang bertujuan untuk menciptakan keraguan diri. “Saya menganggap gaslighting sebagai upaya mengasosiasikan seseorang dengan label 'gila',” kata Paige Sweet, Ph.D., asisten profesor sosiologi di Universitas Michigan yang mempelajari gaslighting dalam hubungan dan di tempat kerja. “Hal ini membuat seseorang tampak atau merasa tidak stabil, tidak rasional, dan tidak dapat dipercaya, membuat mereka merasa bahwa apa yang mereka lihat atau alami tidak nyata, bahwa mereka mengada-ada, dan tidak ada orang lain yang akan mempercayai mereka.”

Gaslighting melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan orang yang mereka gaslighting. Pelaku kekerasan seringkali mengeksploitasi stereotip atau kerentanan terkait gender, seksualitas, ras, kebangsaan dan/atau kelas.

 

Karakteristik Gaslighter Stephanie Sarkis (2018) terdapat empat ciri-ciri seseorang memiliki potensi sebagai gaslighter antara lain :

1) Memiliki gangguan kepribadian histrionik. 

2) Memiliki gangguan kepribadian narsistik, 

3) Memiliki gangguan kepribadian antisosial, 

4) Memiliki gangguan kepribadian ambang. 

Patricia Evans menjelaskan bahwa terdapat tujuh tanda-tanda seorang gaslighter

Menyembunyikan kebenaran informasi terhadap korban,

Memutar balikkan informasi agar sesuai dengan sudut pandang pelaku,

Memberikan informasi setengah-setengah, 

Pelecehan verbal (lelucon kasar, menyalahkan, degradasi),

Menutup akses perhatian korban dari dunia luar, Merendahkan dan meremehkan nilai dan prinsip korban, Menyusahkan, menjatuhkan dan merusak korban secara bertahap dengan menggunakan titik kelemahan korban dalam proses berpikir hingga penilaian korban (Fisher, 2019).

Grandia (2020) tanda-tanda umum dari pelaku gaslighter antara lain seringkali menyembunyikan hal-hal tertentu kepada korban, gaslighter akan berusaha menyakinkan korban untuk meragukan keyakinanya dan memutar balikkan faktanya kepada korban.

Dengan demikian tanda-tanda seseorang merupakan gaslighter antara lain memiliki gangguan kepribadian, sering menyembunyikan sesuatu hal, memutar balikkan informasi, melakukan pelecehan verbal, menutup perhatian korban dari dunia luar, merendahkan dan meremekan korban, dan seringkali menggunakan titik lemah dari korban dalam proses berfikirnya. 

Dampak Gaslighting 

Muflihah & Naqiyah (2022:244) menyebutkan dampak gaslighting terhadap korban antara lain :

Korban juga mengalami trauma yang mengakibatkan korban menjadi sulit percaya dengan orang lain dan sulit untuk mempertahankan persepsinya. 

Korban mengalami gejala depresi karena sering mendapat tekanan-tekanan dari pelaku gaslighting, Dalam sehari korban dapat mengalami mood swing yang ekstrim seperti tiba tiba kesal, tertawa, dan menangis. Korban selalu berusaha menjaga kondisi dan situasi untuk tetap kondusif agar pelaku tidak terpancing emosi, karena korban berusaha menghindari dari situasi yang mencekam.

Menurut Stark (2019) perilaku gaslighting memberikan dampak kepada korban seperti: melemahkan rasa kepercayaan diri, 

memunculkan pemikiran bahwa korban memiliki kekurangan pribadi,

sering meragukan kemampuan diri sendiri, serta sering meragukan kedudukannya sebagai orang yang harus diperlakukan dengan baik. Elena (2020) juga menambahkan terkait dampak gaslighting kepada korban antara lain:

sering meragukan perasaan dan keyakinan diri sendiri mengalami kerusakan emosional antar pribadi tertutupnya proses budaya yang berlangsung 

mengalami kegagalan terhadap pemahaman.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dampak perilaku gaslighting yaitu sulit percaya dengan orang lain, gejala depresi, mengalami mood swing ekstrim, berusaha menjaga kondisi untuk tetap kondusif agar tidak terpancing emosi, membuat korban merasa memiliki kekurangan, kurang percaya diri, merasa tidak berharga, mengalami kerusakan emosional antar pribadi, tertutupnya proses budaya yang berlangsung dan kurang konsentrasi. 

Faktor-Faktor Pemicu Perilaku Gaslihting

Stark (2019) menjelaskan bahwa penyebab perilaku Gaslighting yaitu:

Menuduh pasangan ketika bersikap ramah terhadap orang lain.

Merendahkan korban akibat mengetahui “suatu hal”, chKorban kurang memiliki kredibilitas dibanyak bidang 

Perilaku gaslighting memiliki kekuatan sosial yang lebih besar dari pada korban

Saskara, dkk (2023) bahwa faktor gaslighting dipicu oleh beberapa hal. diantaranya Faktor ekonomi, Faktor komunikasi Waktu, dan lain-lain.

Solusi yang ditawarkan antara lain dengan melakukan sosialisasi tentang Gaslighting dan cara mengatasinya. Efek buruk gaslighting yang merusak mental korbannya membutuhkan waktu yang lama untuk pemulihan. Guna mengurangi resiko tersebut maka dilakukan sosialisasi tentang Gaslighting dan cara mengatasinya.

Tujuan sosialisasi Gaslighting dan cara mengatasinya, agar masyarakat waspada terhadap Gaslighting. Jangan menganggap sepele Gaslighting.

Kegiatan pengabdian mengenal gaslighting dan cara mengatasi ini dilaksanakan melalui metode sosialisasi dengan teknik ceramah dan diskusi. Beberapa materi yang disampaikan pada kegiatan ini adalah: mengurai permasalahan minimnya info tentang gaslighting. Kegiatan ini dipilih berdasarkan munculnya kecenderungan gaslighting sebagai sarana manipulasi seseorang.

Selain membagikan angket terkait respon kegiatan, tim pengabdian juga membagikan form refleksi kegiatan melalui link Google Form. Refleksi kegiatan berisi tiga pertanyaan yakni, bagaimana perasaan anda setelah mengikuti kegiatan, apa yang anda dapat dari kegiatan hari ini, dan apa rencana tindak lanjut setelah kegiatan pada hari ini. Hasil refleksi peserta kegiatan berisi narasi jawaban yang secara umum berisi perasaan positif berupa senang terhadap diselenggarakan kegiatan pengabdian ini. Hal yang menarik muncul dari beragam narasi jawaban berkaitan pertanyaan rencana tindak lanjut. 

Pengabdian ini tidak akan selesai dan berhenti pada kesempatan ini saja. Pengabdian ini akan dilanjutkan dengan dasar bahwa akibat gaslighting tidak akan kembali normal dalam waktu yang singkat. 

Pendampingan terhadap korban gaslighting perlu dilakukan secara berkesinambungan disamping hal tersebut juga harus dilakukan upaya untuk memotivasi. Memulihkan mental yang terpuruk akibat perilaku gaslighting perlu dukungan segenap keluarga dan orang terdekat. Langkah awal berupa meningkatkan keyakinan diri pada korban gaslighting. Memberikan bukti dan keyakinan bahwa korban tidak bersalah. Bahwa yang korban Yakini kebenarannya adalah memang benar. Bahwa yang diungkapkan gaslighter adalah tidak benar.  

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan pengabdian ini adalah peserta sosialisasi memahami tentang gaslighting. 

Saran: Beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil pengabdian sebagai berikut: Kegiatan pengabdian dapat dilanjutkan pada tahap atau materi yang lebih luas;Kegiatan serupa perlu dikembangkan agar sasaran peserta mendapatkan pengetahuan secara lebih intens. Hasil kegiatan ini perlu ditindaklanjuti agar hasil pengabdian dapat diterapkan secara langsung oleh pihak terkait.(hid/hms).

Editor: A.Wahidin

Bagikan melalui:

Komentar