Kopi Bantaeng, Warisan Rasa dari Lereng Lompobattang

Kuliner14 Dilihat

SINARPAGINEWS.COM, JAKARTA – Selain tumbuh di kaki Gunung Lompobattang Sulawesi Selatan, Kopi Bantaeng bukan sekadar minuman bagi masyarakat setempat, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang telah turun-temurun. Keistimewaannya terletak pada cita rasa yang khas serta kisah yang menghubungkan alam, manusia, dan tradisi.

Kehadiran kopi Bantaeng diyakini bermula sejak abad ke-16, ketika pedagang Arab membawa biji kopi ke wilayah ini. Namun, kopi Bantaeng mulai berkembang pesat pada masa kolonial Belanda, terutama setelah diterapkannya sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada abad ke-19. Salah satu buktinya adalah varietas Maragogype yang ditemukan di wilayah ini, menunjukkan bahwa kopi telah dibudidayakan jauh sebelum kedatangan varietas Bourbon dari penjajah.

Pada tahun 2022, kopi Bantaeng memperoleh status Indikasi Geografis (IG), yang memberi perlindungan hukum terhadap keaslian dan kualitasnya dari klaim pihak luar. Dengan pengakuan ini, kopi Bantaeng semakin diperhitungkan di pasar global.

Dirga, seorang petani dan pengusaha kopi di Bantaeng, mengatakan bahwa kopi bukan hanya komoditas bagi mereka, tetapi bagian dari identitas masyarakat. “Kami hidup berdampingan dengan kopi. Kopi ini tumbuh di tanah yang kaya zat besi, yang membuat rasanya lebih manis dibandingkan kopi dari daerah lain,” ujarnya, pada Senin, 17 Maret 2025.

Penelitian menggunakan X-Ray Fluorescence Spectrometry menunjukkan bahwa tanah di wilayah ini mengandung kadar mineral besi (Fe2O3) yang tinggi, antara 43,38% hingga 82,76%. Kandungan ini menjadikan Bantaeng sebagai lokasi ideal untuk menghasilkan kopi berkualitas tinggi. Para petani, termasuk Dirga, mempertahankan metode pengolahan tradisional, seperti fermentasi menggunakan starter bakteri alami, yang kini semakin diminati karena menghasilkan cita rasa yang lebih kompleks.

Namun, perjalanan Kopi Bantaeng tidak tanpa tantangan. Medan perkebunan yang sulit dijangkau dan keterbatasan akses terhadap pendidikan serta teknologi pertanian menjadi kendala bagi petani. “Kami butuh lebih banyak pelatihan agar bisa mengelola perkebunan secara lebih profesional dan berkelanjutan,” tambah Dirga. Meski begitu, kesadaran akan pentingnya pertanian ramah lingkungan semakin tumbuh di kalangan petani Bantaeng.

Keunikan lain dari kopi Bantaeng adalah sistem penanamannya yang harmonis dengan alam. Tanpa menebang pohon atau merusak hutan, tanaman kopi ini tumbuh di celah-celah pepohonan besar yang sudah ada sebelumnya. “Kami ingin kopi menjadi bagian dari konservasi alam, bukan malah merusaknya,” tegas Dirga.

Namun, tantangan terbesar yang dihadapi adalah penyusutan luas hutan di Bantaeng. Dalam tiga dekade terakhir, tutupan hutan yang dulu mencapai 30% kini menyusut menjadi kurang dari 15%, seiring dengan alih fungsi lahan untuk pertanian kentang dan sayuran lainnya. Para petani kopi kini berusaha mengembalikan keseimbangan ekologi dengan menjadikan kopi sebagai pilihan utama dalam pertanian berkelanjutan.

Dalam hal produksi, kopi Bantaeng mengalami peningkatan yang signifikan. Tahun lalu, produksi mencapai 4,7 ton, dan tahun ini diproyeksikan meningkat menjadi 8 ton. Dengan status Indikasi Geografis, kopi Bantaeng diharapkan tidak hanya menguasai pasar domestik, tetapi juga menembus pasar ekspor dalam tiga tahun mendatang. “Dengan adanya IG, Kopi Bantaeng tetap eksklusif dan tidak bisa diklaim oleh pihak lain. Ini juga memberikan jaminan mutu bagi konsumen,” jelas Dirga.

Lebih dari sekadar bisnis, Kopi Bantaeng adalah simbol kearifan lokal dan sejarah panjang yang mengikat masyarakatnya dengan alam. Setiap teguk kopi ini membawa cerita tentang perjuangan petani, pelestarian lingkungan, dan upaya mempertahankan warisan budaya. Dengan perlindungan Indikasi Geografis dan dorongan dari berbagai pihak, Kopi Bantaeng semakin mantap melangkah menuju pengakuan yang lebih luas, baik di dalam negeri maupun pasar internasional.

Bukan Sekdar Rasa
Bagi para pencinta kopi, Kopi Bantaeng menawarkan lebih dari sekadar cita rasa yang unik dan khas. Setiap tegukannya mencerminkan perjalanan panjang sejarah, budaya, dan tradisi yang melekat pada masyarakat Bantaeng. Dengan tanah yang kaya akan mineral besi dan metode pengolahan tradisional, kopi ini menghadirkan rasa manis yang berbeda dari kopi-kopi lainnya.

Selain kualitas rasa yang luar biasa, Kopi Bantaeng juga melambangkan komitmen para petani untuk mempertahankan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta menjaga keseimbangan alam. Bagi pencinta kopi yang menghargai bukan hanya kualitas, tetapi juga cerita dan nilai yang terkandung di dalamnya, Kopi Bantaeng adalah pilihan yang tepat.

Dengan pengakuan Indikasi Geografis (IG) yang melindungi keaslian dan kualitasnya, Kopi Bantaeng semakin siap untuk meraih pengakuan global, sekaligus memberikan dampak positif bagi komunitas lokal. Jadi, bagi para pencinta kopi, menikmati Kopi Bantaeng bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang mendukung warisan dan keberlanjutan yang ada di baliknya.