Prabu Guru Haji Aji Putih atau Haji Purwa Sumedang Adalah Orang Jawa Pertama Memeluk Islam

Sejarah229 Dilihat

SINARPAGINEWS.COM, KAB.SUMEDANG – Mengungkap silsilah Prabu Adji Putih/ Prabu Surya Cahya Ningrat /Eyang Arya Jaya Sumirat Kata gelaran “Haji Purwa Darmaraja” tidak terlepas dari Kerajaan Galuh, dimana keturunan kerajaan Galuh di percaya berasal dari keturunanan Nabi Nuh alahis salam setelah banjir besar melanda dunia.

Prabu Guru Aji Putih pada awalnya mendirikan Kerajaan Tembong Agung di Kampung Muhara Leuwi Hideung kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang dengan bangunan keratonnya terbuat dari kayu gaya atap julang ngapak menghadap ke alun-alun.

Prabu Guru Aji Putih menikah dengan Ratu Inten Dewi Nawang Wulan yang saat itu terkenal dengan kecantikannya dan kepandaiannya dalam benyanyi (nembang).

Prabu Guru Aji Putih dari hasil pernikahan dengan Dewi Nawang Wulan (Ratna Inten) mempunyai 4 orang anak, yaitu : yang sulung bernama Brata Kusuma atau Batara Tuntang Buana yang dikenal juga sebagai Prabu Tajimalela, yang kedua Sakawayana alias Aji Saka, yang ketiga Haris Darma dan yang terakhir Jagat Buana yang dikenal Langlang Buana.

Kemunculan kerajaan Tembong Agung mulai diperhitungkan oleh kerajaan lain, Tembong Agung mendapat pengakuan dan dukungan penuh dari Galuh, sebab Dewi Nawang Wulan adalah keponakan dari Prabu Purbasora selain kedudukan Aria Bimaraksa (Bapak Prabu Guru Aji Putih)  juga sebagai Maha Patih di Galuh mempunyai peranan yang Cukup penting dan segani.

Sehingga memberikan pengaruh yang besar kepada Tembong Agung, selain itu pengakuan diberikan pula Prabu Resi Demunawan penguasa kerajaan Saunggalah, Resi Demunawan merupakan putera dari Batara Sempakwaja. serta penguasa Galuh.

Setelah menyerahkan kerajaan Tembong Agung kepada putranya Prabu Tajimalela, Prabu Guru Aji Putih menjadi Maha Guru atau Guru Loka yang menganut ajaran sunda wiwitan atau agama jati sunda yang mengakui bahwa Sang Pencipta Alam itu Tunggal.

Agama Jati Sunda sudah dianut oleh masyarakat sunda kuna sebelum agama Hindu menyebar di tatar Sunda dan sudah ada sebelum Prabu Dewarman bertahta di Salakanagara antara 130–168 masehi.

Dalam Babad Darmaraja diceritakan setelah mengetahui adanya agama baru (Islam) yang hampir mirip dengan agama Sunda, maka Prabu Guru Aji Putih berangkat menuju Mekkah untuk menpendalam Agama Islam, sehingga Prabu Guru Aji Putih dikenal juga sebagai Prabu Guru Haji Aji Putih atau Haji Purwa Sumedang yang berarti orang Sumedang pertama berangkat Haji.

Prabu Guru Haji Aji Putih adalah orang jawa yang masuk Islam dan berdakwah di wilayah bawahan kerajaan Sunda Galuh. Prabu Guru Haji Aji Putih menciptakan beberapa karya sastra yang bernafaskan Islam.

Salah satunya Ilmu Kacipakuan, dimana makna dan artinya yang tersirat adalah “Getaran jiwa adalah untuk menciptakan perasaan, perasaan untuk menghidupkan jasmani. Dzat untuk mengetahui diri sendiri, untuk mendekatkan diri dengan Tuhan pencipta alam semesta, untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan dan mengetahui hati nurani, Cahaya Hati atau Nurani”.

Setelah wafat Prabu Guru Haji Aji Putih dimakamkan di Situs Makam Astana Cipeueut yang terletak di Kampung Cipeueut Desa Cipaku Kecamatan Darmaraja Sumedang.
(yang sekarang sudah diredam air waduk Jati Gede akibat keserakahan penguasa dzolim tidak menghargai sejarah leluhur Sumedang).

Makam Prabu Guru Haji Putih tak jauh dari makam ayahnya yaitu Sanghyang Resi Agung atau Aria Bimaraksa dan isterinya Dewi Nawang Wulan.

Menurut Forklore (Syekh Pandita Rukmin) di Sancang lima Pameungpeuk Garut  seorang tokoh pertapa sakti yang pulang dari Arab.
Mendapat Inforrmasi bahwa Prabu Haji Purwa Darmaraja (Prabu Guru Aji Putih) sebelum berangkat ke Mekah beliau berguru dulu ke Syek Haji Pandita Rukmin di Garut.
Dan Prabu Aji Putih dan Istrinya Nawang Wulan berangkat ke Persia lewat pelabuhan Cirebon bertemu dengan Sayyidina Ali a.s untuk belajar syareat, hakekat, tarekat dan marifatM sekaligus menunaikan haji. Sehingga digelari HAJI PURWA DARMARAJA, atau haji Pertama di Kerajaan Tembong Agung Darmaraja. –

Silsilah Dari Nabi Adam Sampai ke Prabu Aji Putih : Dari Naskah-naskah; Kacipakuan Darmaraja, Carita Waruga Guru, Silsilah Kitab Waruga Jagat diantaranya:
1. Berdasarkan Kitab Waruga Jagat
Kitab Waruga Jagat hanya didapatkan berasal dari keturunanan Nabi Nuh Alahis Salam. Adapun silsilahnya sebagai berikut : Nabi Nuh apuputra baginda Sam, baginda Sam apuputra Baginda Asram, Baginda Asram apuputra Babar Buana, menurunkan putra Manah Putih, apuputra Arga Larang, apuputra Bandul Gantangan, apuputra Ratu Sayar, apuputra Radjakane, apuputra Prabu Komara (Wretikendayun), berputra Prabu Prabu Permana (Jantaka) apuputra Resi Putih (Bimaraksa) apuputra Aji Putih

2. Berdasarkan Naskah Kacipakuan
Nabi Adam Alahis Salam => Nabi Sis => Sanghyang Nurcahya/Sayid Anwar => Sanghyang Darmajaka => Sanghiang Pasar-Pasar => Nabi Idris => Sanghiang Sakti => Sanghiang Lamkasang (Lamak) => Nabi Enoh => Bagenda Sam => Sanghiang Ngijaran/Ngabran/Asram => Sanghiang Babar Buana => Ratu Meneng Putih => Sanghiang Gandu Sayang => Sanghiang Arga Sayang => Sanghiang Babar Buana => Ratu Sayang/Sayar => Radjakane => Prabu Komara => Ratu Permana (Jantaka) =>Resi Putih (Aria Bimaraksa) => Prabu Aji Putih

3. Berdasarkan Carita Waruga Pustaka Raja Purwa dan Carita Waruga Guru
Nabi Adam Alahis Salam => Nabi Sis Alahis Salam => Sayyid Anwas & Sanghyang Nurcahya/Sayyid Anwar => Sanghyang Sanghyang Darmajaka => Kaliyanggin => Malit => Malam => Nabi Idris => Mahur (Sanghyang Sakti) => Lamak (Sanghyang Lamkasang) => Nasar => Basar => Nabi Nuh => berputri Sanghyang Sanglinglang => Muladasadi (Sanghyang Ngabran) => Ratu Babarbwana => Gandulgantung (Sanghyang Cipta Langgeng) => Ratu Meneng Putih (Sanghyang Cipta Wisena) => Ratu Gandul larang (Sanghyang Mekubuya) => Ratu Okanglarang (Sanghyang Mekuhurip) => Ratu Sayar/Siar (Sanghyang Medangtasa) => Ratu Komara / Wretikandanyun (Sanghyang Lengisjati) => Baginda Permana (Jantaka) => Resi Putih (Aria Bimaraksa) => Aji Putih
Keterangan : Tanda panah (=>) keturunannya atau berputra

4. Silsilah ini diambil dari yang ditulis oleh Mas Argasasmita tahun 1938 di Desa Dadiharja-Rancah Ciamis dan Pustaka Raja Purwa (Rahasia Sejarah Tanah Dhawa)
Nabi Adam puputra; Nabi Esis/Syis puputra; Sanghyang Nurcahya / Sayyid Anwar puputra; Inabah puputra; Malit puputra; Sopus puputra; Nabi Idris puputra; Malut (Sanghyang Sakti) puputra; Lamak (Sanghyang Lamkasang) puputra; Nabi Noh puputra; Bagenda Syah puputra; Bagenda Ngabran (Sanghyang Ngabran) puputra; Sanghyang Babarbuana puputra; Manah Putih puputra; Gede Gantungan puputra; Anggalarang puputra; Gandularang puputra; Ratu Siar puputra; Sanghyang Majakane puputra; Prabu Komara / Wretikandayun puputra; Prabu Permana puputra (Jatnaka); puputra Resi Putih puputra Prabu Aji Putih.(*)

Oleh: Warya Sumirta Manggala,SE. (Keturunan Dalem Cipaku – (RD.Arsamanggala – (RD.Raksamanggala) – (RD.Gede Cimarga)

Sumber : Sejarah  Kerajaan Sumedang Larang