Idul Fitri merupakan momentum disaat umat Islam bergembira karena keberhasilannya menjalankan ibadah pada bulan Ramadhan yang mulia lagi banyak kebaikan hingga mampu bertemu dengan bulan Syawal penuh kemenangan. Berbagai cara dilakukan sebagai ekspresi suka cita menyambut hari raya Idul Fitri yang telah tiba. Sayangnya hari ini, kebahagiaan tersebut belum dirasakan oleh semua umat Islam di seluruh penjuru dunia, terlebih di bumi Palestina dan beberapa wilayah lainnya.
Di hari yang Fitri, mereka harus berhadapan dengan penjajah yang kejam dan semakin brutal, tak mengenal belas kasihan apalagi rasa kemanusiaan. Dari mereka banyak yang terusir dari tanah kelahiran, sebagiannya terkatung-katung dilautan. Jangankan hidangan berbagai makanan khas lebaran, makanan biasa pun sulit mereka dapatkan. Terlebih menyoal baju baru dan THR lebaran, masih bisa hidup pun merupakan suatu keberuntungan.
Seperti yang nyata terjadi di Palestina misalnya. Militer Israel telah menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina di Gaza pada pagi hari Idul Fitri, Ahad 30 Maret 2025. Serangan Israel ini terjadi serentak di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza selatan hingga di Kota Gaza dan kamp penungsi Jabalia di Gaza utara. Serangan ini terjadi saat warga Palestina di Gaza menggelar shalat Id untuk menandai akhir bulan suci Ramadhan dan dimulainya Idul Fitri (Tempo.co, 30/3/2025).
Realita ini menunjukkan bahwa kebahagiaan umat belumlah sempurna, karena sebagian umat Islam khususnya Palestina dalam kesengsaraan bahkan terancam nyawanya, sejak jauh sebelum bulan Ramadhan tiba, selama bulan Ramadhan ada, bahkan hingga bulan Syawal datang menyapa. Israel telah membunuh lebih dari 900 warga Palestina di Gaza sejak melanggar gencatan senjata dengan Hamas dan melanjutkan serangan 11 hari lalu. Hingga kini, Israel membunuh seorang anak Palestina di Gaza setiap 45 menit. Itu adalah rata-rata 30 anak yang terbunuh setiap hari selama 535 hari terakhir (Tempo.co, 30/3/2025).
Makin buruknya kondisi Palestina tentunya sangat memprihatinkan jiwa. Ditengah kedzaliman yang tampak didepan mata menandakan umat Islam makin terjepit dan makin sengsara. Tanpa kekuatan melawan, menjaga darah juga kehormatan saudara seimannya.
Kondisi buruk ini tentulah akan membuka mata dan hati manusia pada umumnya dan umat Islam khususnya, bahwa sistem hari ini sungguh sangat tidak layak menjadi rujukan dan sandaran kehidupan manusia dalam membangun peradaban yang mulia. Solusi yang ditawarkan, aturan yang dihadirkan nyata tak mampu mengakhiri kedzaliman serta menghukum ketidakadilan.
Di sisi lain, hal ini juga akan menghantarkan pada kesadaran bahwa sistem sekuler sudah diambang kehancuran karena kerusakan yang amat nyata akibat sistem sekulerisme kapitalisme. Situasi ini akan mendorong umat untuk mencari alternatif sistem yang lain. Dan pilihan terbaik, satu-satunya hanyalah sistem Islam semata.
Karena jika dilihat dari sisi keimanan, Islam adalah sistem yang shahih dari Allah Sang Pencipta seluruh manusia dan seluruh alam semesta. Dari sisi sejarah, Islam sudah terbukti dalam sejarah panjang penerapannya mampu menghantarkan pada peradaban gemilang dengan kemajuan yang luar biasa terbentang. Hal ini juga akan menguatkan keyakinan umat bahwa fajar kemenangan Islam akan semakin dekat.
Rasulullah pernah mengabarkan; “Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR Ahmad dan Al-Bazar).
Umat membutuhkan khilafah untuk dapat merasakan kebahagiaan hakiki, mendapatkan Ridha Allah karena penerapan aturan Allah secara kaffah (menyeluruh) dimuka bumi. Dengan adanya Khilafah juga, umat Islam mempunyai junnah (pelindung) yang akan senantiasa menjaga darah, kehormatan juga menerapkan keadilan sesuai dengan yang Allah SWT anjurkan.
Oleh karena itu, umat harus berjuang untuk menegakkan Khilafah karena Khilafahlah pelindung hakiki umat Islam seluruhnya. Kemudian haruslah ada jamaah dakwah yang membangun kesadaran umat untuk berjuang menegakkan kembali Khilafah demi melangsungkan kembali kehidupan Islam sepenuhnya.
Perjuangan menegakkan Khilafah ini, kemudian harus menjadi agenda utama umat Islam saat ini. Selain demi terwujudnya kebahagiaan yang sejati juga merupakan konsekuensi dari keimanan Umat Islam itu sendiri. Mengenai Khilafah, Imam Al-Qurthubi menyebutnya sebagai ‘a’dzamul waajibat, yaitu kewajiban paling agung. Imam Al-Qurthubi juga menyatakan bahwa wajib atas kaum muslim untuk mengangkat seorang imam/khalifah. Ia lalu menegaskan, “Tidak ada perbedaan pendapat mengenai kewajiban mengangkat khalifah di kalangan umat dan para imam mazhab. (Al-Jaami’ li Ahkaam al-Qur’an).
Sementara Syekh Taqiyuddin an-Nabhani menjuluki Khilafah sebagai taajul furuudh (mahkota kewajiban). Kemudian pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Imam Al-Ghazali bahwa Khilafah merupakan mahkota kewajiban. Oleh sebab itu, umat harus bahu membahu berjuang menegakkan Khilafah sampai terwujud kehadirannya atas dasar keimanan. Allahu’alam bishshowab.
Oleh : Nunung Nurhayati (Ibu Rumah Tangga, Aktivis Muslimah)