SINARPAGINEWS.COM, TEGAL – KPw BI Tegal melaksanakan media briefing bertempat di aula pertemuan KPw BI Tegal pada Senin (17/2/2025). Media briefing juga dilakukan secara zoom meeting bersama KPw BI Provinsi Jawa Tengah. Acara ini juga di hadiri para wartawan mitra kerjanya baik, wartawan online, cetak, televisi dan radio untuk peliputan wilayah kota Tegal, kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes.
Kepala KPw BI Tegal Bimala, mengatakan bahwa Tarif listrik menjadi pendorong utama deflasi pada bulan laporan dengan andil -1,11% (mtm) menyusul adanya diskon tarif listrik sebesar 50% yang diberikan kepada pelanggan rumah tangga daya 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan 2.200 VA, berlaku selama 2 bulan yaitu Januari dan Februari 2025.
“sementara tarif KA hanya kota solo dan wonogiri stabil, adapun cilacap, purwokerto, semarang dan tegal mengalami deflasi.” Ujarnya.
Lebih lanjut disampaikan bahwa, untuk Inflasi Kota Tegal,
Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Tegal pada bulan Januari 2025 mengalami deflasi sebesar 0,49% (mtm) atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat inflasi 0,48% (mtm). Deflasi tersebut lebih dalam dibanding Jawa Tengah, yang mengalami deflasi 0,46% (mtm), namun masih lebih tinggi dibanding Nasional yang tercatat deflasi 0,76% (mtm).
Hal tersebut menjadikan inflasi tahunan kota Tegal sebesar 1,76% (yoy), masih berada dalam target yaitu 2,5 ± 1% (yoy). Adapun, inflasi Kota Tegal tercatat beberapa kali lebih tinggi daripada Jawa Tengah dan Nasional, pada tahun 2021 hingga 2023.
Adapun Kelompok pendorong utama laju deflasi bersumber dari Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga karena adanya diskon tarif listrik PLN.
Selain itu, produksi bawang merah yang melimpah di Brebes turut mendorong deflasi pada bulan laporan dengan andil -0,08% (mtm), diikuti tarif kereta api -0,03% (mtm), mobil -0,03% (mtm), dan ketimun -0,02% (mtm).
IHK Kota Tegal sepanjang tahun 2025 diperkirakan tetap terjaga pada kisaran target 2,5%+1 sejalan dengan capaian inflasi tahun 2024 yang terkendali pada angka 2,19% (mtm). Hal ini didukung oleh membaiknya prakiraan cuaca BMKG di tahun 2025 yang mana El Nino akan melemah dan berangsur ke kondisi netral, serta konsistensi penguatan program GNPIP di tingkat pusat hingga daerah.
Komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan program swasemba pangan juga diyakini dapat membantu menurunkan biaya produksi dan meningkatkan produksi komoditas pertanian. Hal ini diperkuat juga diperkuat melalui sinergi pengendalian inflasi berbasis 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif) di daerah bersama TPID dan K/L terkait.(Hid/spn).